ETNOSEMANTIK LEKSIKON BUAKHAK DALAM PROSESI PERKAWINAN ADAT LAMPUNG SAIBATIN
Keywords:
leksikon, bahasa Lampung, perkawinan, Lampung Saibatin, etnosemantisAbstract
Dalam tradisi perkawinan adat Lampung Saibatin, prosesi buakhak atau arak-arakan kebayan merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dari rangkaian upacara Nayuh ‘pesta perkawinan’. Istilah lain untuk menyebutkan prosesi ini, yakni buakhak, akhak-akhakan, Ngakhak kebayan/maju, dan sussung agung, menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan keberagaman leksem yang terkait dengan prosesi buarak serta mengungkap makna kultural yang terkandung di dalamnya. Pendekatan yang digunakan adalah etnosemantik, dengan metode penelitian deskriptif kualitatif yang bersumber dari data lapangan melalui wawancara dan dokumentasi di Desa Kenali, Kecamatan Belalau, Lampung Barat dengan tokoh adat setempat sebagai narasumber. Kerangka teori yang digunakan adalah antropolinguistik dan etnolinguistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi leksem yang berkaitan dengan tradisi buarak dapat diklasifikasikan berdasarkan (1) leksikon yang berhubungan dengan prosesi arak-arakan dan (2) leksikon yang berhubungan dengan perangkat adat yang digunakan. Makna yang terkandung dalam prosesi ini terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu (1) makna simbolik dan (2) makna filosofis. Simbol-simbol keadatan seperti leksem burak, payung agung, awan gemisikh, lalamak titi kuya, sigokh, dan tukkus memiliki fungsi simbolis yang erat kaitannya dengan makna keadatan dalam konteks perkawinan adat Lampung Saibatin. Kehadiran simbol-simbol tersebut tidak hanya bersifat dekoratif, tetapi juga merepresentasikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang menjadi bagian dari identitas masyarakat setempat. Analisis etnosemantik mengungkapkan makna filosofis yang terkandung dalam prosesi, seperti bejuluk beadok, Nengah Nyapukh, dan sakai sambayan, yang mencerminkan nilai moral dan filsafat hidup masyarakat adat Lampung. Secara simbolis, makna dapat dilihat pada siger pengantin perempuan yang berlekuk tujuh, payung agung, awan gemisikh, dan burak, yang masing-masing menyimpan makna simbolis terkait identitas gender, kedudukan sosial, dan aspirasi budaya masyarakat adat Lampung Saibatin.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Megaria Megaria, Cece Sobarna, Dian Indira, Farida Ariyani

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NoDerivatives 4.0 International License.